Akrab disapa Gus Dur, Abdurrahman Wahid merupakan seorang tokoh agama sekaligus politikus yang menjabat sebagai Presiden ke-4 Republik Indonesia. Beliau lahir di Jombang, 7 September 1940, sebagai anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya bernama KH. Wahid Hasyim, putra dari KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di dunia.
Tumbuh di lingkungan pesantren, sejak kecil beliau telah menunjukkan kesadaran untuk mengemban tanggung jawab terhadap Nahdlatul Ulama. Puncaknya, beliau menjabat sebagai Ketua Umum PBNU pada tahun 1984. Selain itu, beliau juga merupakan salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) — partai yang kemudian mengusungnya sebagai calon presiden.
Saat menjabat sebagai presiden, seluruh tindakan kepemimpinannya benar-benar berasal dari hati, meski tak jarang disalahpahami banyak orang. Gus Dur dikenal berani merombak sistem pemerintahan untuk menjadikan Indonesia bangsa yang lebih demokratis. Di antara pencapaiannya ialah menghapus kebijakan dwifungsi ABRI, mengembalikan kebebasan pers, mendorong rekonsiliasi dengan kelompok separatis seperti Aceh dan Papua, serta membubarkan Departemen Penerangan dan Departemen Sosial yang pada masa Orde Baru sering dijadikan alat kekuasaan.
Dikenal pula dengan julukan Bapak Pluralisme, Gus Dur merupakan pembela kaum minoritas, baik dari segi agama maupun etnis. Beliau mencabut larangan terhadap ajaran Konghucu dan menetapkannya sebagai agama resmi di Indonesia. Ia juga menolak segala bentuk diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dan kelompok minoritas lainnya. Pemikiran dan aksinya yang memadukan nilai-nilai Islam dengan humanisme universal telah mendorong lahirnya Islam yang toleran, moderat, dan terbuka terhadap modernitas, menjadikannya tokoh intelektual yang menginspirasi banyak orang.
Sayangnya, belum genap dua tahun masa pemerintahannya, Gus Dur dilengserkan dari kursi kepresidenan pada 23 Juli 2001. Upaya reformasi yang dijalankannya, terutama dalam mengurangi pengaruh kelompok lama Orde Baru, menuai banyak pertentangan dari pihak DPR dan MPR. Meski mendapat tekanan dan fitnah, Gus Dur tetap teguh membela kebenaran. Ketika sekitar 300.000 relawan “berani mati” menyatakan dukungan kepadanya, Gus Dur tak kuasa menahan tangis dan berkata, “Tidak ada jabatan di dunia ini yang perlu dipertahankan mati-matian “. Tak lama kemudian, beliau memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Tak satu pun kebijakannya yang tidak berpihak kepada rakyat. Hingga akhirnya, pada 30 Desember 2009, Gus Dur menghembuskan napas terakhirnya di Jakarta dalam usia 69 tahun. Nama, pemikiran, gagasan, dan tulisan beliau tetap dikenang serta memberi manfaat hingga kini.
(Red. Sofia Eljinan Madzkur)
Sumber:
- https://news.okezone.com/amp/2023/09/08/337/2879319/kenapa-gus-dur-dilengserkan-mpr-ini-kilas-balik-dan-sejarah-singkatnya
- https://nu.or.id/amp/nasional/sejarawan-presiden-gus-dur-dilengserkan-karena-jalankan-tuntutan-reformasi-ReYEt
- https://nu.or.id/amp/fragmen/23-juli-saat-presiden-gus-dur-dilengserkan-secara-politis-fc0xD