NEWS DETAIL

  1. Galery Kegiatan
  2. Menghidupkan Semangat Resolusi Jihad

Menghidupkan Semangat Resolusi Jihad

by | Oct 7, 2025

Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober untuk menghormati peran kunci para santri dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Gagasan hari santri berasal dari santri pondok pesantren Babussalam, Malang, pada 2014, yang mengusulkan penetapan hari tersebut kepada Joko Widodo saat masih calon presiden. Awalnya, tanggal 1 Muharram diajukan, tapi PBNU mengusulkan 22 Oktober karena bertepatan dengan fatwa Resolusi Jihad KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, yang menyerukan umat Islam untuk berjuang melawan penjajah Sekutu.

Setelah terpilih, Presiden Jokowi menetapkan 22 Oktober secara resmi sebagai Hari Santri lewat Keppres Nomor 22 Tahun 2015. Hari itu mengingatkan semangat perjuangan santri dalam mempertahankan kemerdekaan dan kontribusi mereka dalam pembangunan bangsa hingga kini. MA Atqia memperingati hari santri dengan semangat khidmat. Semua guru dan siswa mengenakan seragam serba putih dan mengadakan apel bersama. Setelah apel, mereka melanjutkan dengan makan bersama untuk menumbuhkan kebersamaan dan rasa kekeluargaan.

Hari santri nasional tidak hanya dirayakan oleh lembaga-lembaga saja, masyarakat juga ikut merayakan hari santri dengan berbagai kegiatan seru dan bermakna. Mulai dari pawai hari santri yang penuh warna, gotong royong bersih-bersih lingkungan, lomba-lomba seperti baca kitab atau keterampilan, sampai membaca dan bersama-sama melantunkan sholawatan Nariyah. Selain itu, ada juga zikir, doa, hingga pertunjukan seni islami yang menghidupkan semangat perjuangan para santri. Semua aktivitas ini untuk mengenang dan meneladani jasa santri dalam mempertahankan kemerdekaan dan menjaga NKRI.
Sumber refrensi: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7599995/sejarah-hari-santri-nasional-menilik-peran-santri-pertahankan-kemerdekaan

Red. Arini Hidayati

Popular Posts

Majlis Sholat Hajat dan Sholawat Burdah

Majlis Sholat Hajat dan Sholawat Burdah

Madrasah Aliyah (MA) Atqia Bondowoso dikenal sebagai madrasah berbasis pesantren yang rutin mengadakan kegiatan Burdah setiap bulan. Tradisi pembacaan syair karya Imam al-Busiri ini menjadi sarana menumbuhkan cinta kepada Nabi Muhammad SAW, memperkuat spiritualitas santri, serta mempererat silaturrahmi antara santri, wali santri, dan alumni. Kegiatan ini juga diisi dengan pembacaan kitab oleh Dr. H. Madzkur Damiri dan diakhiri dengan sholat hajat bersama sebagai wujud kebersamaan dalam nilai-nilai religius.