Muhammad bin Abbas bin Idris, atau lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu imam asy-syafi’i. Beliau merupakan seorang tokoh ulama ahli di bidang fiqih sekaligus pencetus dari Mazhab Syafi’i, salah satu dari empat mazhab yang diikuti oleh 95% umat Islam di dunia. Mayoritas pengikutnya berasal dari Asia tenggara salah yang satu paling banyak berasal dari Indonesia.
Imam Syafi’i memiliki nama asli Muhammad bin Abbas bin Idris, julukan as Syafi’i berasal dari salah satu kakek yang ada di silsilah keluarganya, kakek imam Syafi’i juga merupakan salah satu sahabat nabi Muhammad.
Imam Syafi’i lahir di kota gaza yang berada di Palestina dari dulu hingga sekarang. Imam Syafi’i lahir setelah kematian imam abu Hanifah pendiri dari mazhab Hanafi, sehingga ada dugaan bahwa imam Syafi’i lahir untuk menggantikan imam Abu Hanafi. Ayahnya sudah meninggal tidak lama setelah imam Syafi’i lahir, sehingga beliau sudah yatim sejak dini.
Ayah imam Syafi’i bukan seorang yang alim atau semacamnya tapi beliau sering berkumpul di majelis ilmu sembari mendoakan anaknya. imam Syafi’i hidup bersama ibunya tanpa ayah. Berbeda dengan anak-anak yatim lainnya yang harus bekerja untuk kebutuhan dirinya dan ibunya, ibu imam Syafi’i tidak menyuruh imam Syafi’i untuk bekerja.
Ketika usianya mencapai usia 2 tahun ibunya membawa imam Syafi’i ke Mekah untuk belajar ilmu agama. Inilah peran ibu untuk mendidik anak. Imam Syafi’i hidup dalam kefakiran, beliau tidak memiliki kertas untuk menulis hingga beliau menulis di tulang-belulang. Imam Syafi’i sudah hafal Alquran sejak usia 7 tahun. Imam Syafi’i memiliki kecerdasan yang hebat sehingga beliau dapat menghafal teks dalam satu kali baca.
Karena bahasa Arab di kota Mekah sudah tercampur dengan berbagai macam bahasa, imam Syafi’i pergi ke pedalaman Makkah untuk belajar bahasa Arab yang murni. Salah satunya imam Syafi’i pergi ke Bani huzail untuk belajar bahasa Arab dan syair. Karena miskin imam Syafi’i tidak memiliki kitab sehingga beliau meminjam kitab temannya untuk dihafal.
Imam Syafi’i pergi ke Madinah, di Madinah imam Syafi’i belajar kepada imam Malik selama 2 tahun. Kemudian setelah itu imam Malik meninggal dunia, setelah itu imam Syafi’i pergi ke Mekah untuk menemui ibunya. Karena tidak memiliki uang imam Syafi’i pergi ke yaman untuk bekerja kemudian imam Syafi’i bertemu murid imam abu Hanifah kemudian imam as Syafi’i belajar mazhab Hanafi.
Kemudian beliau pergi ke Mesir untuk belajar fiqih kepada imam laits.imam laits merupakan pendiri mazhab fiqih, akan tetapi muridnya tidak menyebarkan mazhabnya sehingga mazhabnya tidak sampai pada generasi kita. Saat imam Syafi’i sedang dalam perjalanan ke Mesir imam laits wafat saat itu juga. Sehingga imam Syafi’i belajar kepada muridnya imam laits.
Saat di Mesir beliau banyak merubah fatwa-fatwanya bahkan fatwa yang sudah beliau fatwakan. Fatwa imam Syafi’i ketika di Mesir disebut qoul Jadid (perkataan baru dari imam Syafi’i) sedangkan, kau sebelumnya dinamai qoul qodim.
Pada saat di Mesir beliau menderita suatu penyakit. Hal tersebut menyebabkan imam Syafi’i wafat pada tahun 204 Hijriyah atau 820 Masehi pada umurnya yang ke-53 tahun di Mesir.
[Red. Agil Abdurrahman Wahid]